Sunday, March 1, 2015

Mencetak laba dari kreasi papergoods

Mencetak laba dari kreasi papergoods
Kreasi desain dan warna yang diaplikasikan dalam sebuah kertas sehingga membentuk sebuah hasil karya yang kreatif bisa menjadi sebuah bisnis yang menguntungkan. Apalagi jika dijalankan dengan serius, kegiatan yang sarat kreativitas ini mampu mencetak pundi-pundi uang yang tidak sedikit.

Tidak hanya sebatas surat undangan, dengan berbagai inovasi, desain di media kertas ini bisa pula diaplikasi menjadi berbagai barang seperti tas kertas (paper bag), tempat perhiasan, wadah untuk kado, alas piring, amplop dan masih banyak lagi. Produk-produk ini populer disebut papergoods. Lantaran peminatnya makin berkembang dari waktu ke waktu, pengusaha papergoods pun marak bermunculan.

Daya tarik dari jasa ini adalah eksklusivitas produk yang dihasilkan. Ini menjadi ceruk pasar bagi konsumen yang menginginkan produk yang lebih personal serta tidak pasaran. Oleh sebab itu, bisnis ini identik dengan kebutuhan untuk suvenir pernikahan, ulang tahun, atau momen spesial lainnya yang ingin dikenang.

Leony Zefanya, pemilik usaha papergoods lewat situs usaha petitprint.net di Jakarta, mengatakan, bisnis ini cukup prospektif karena banyak orang yang mencari kartu undangan atau barang-barang yang berbentuk unik. Sebab ini bisa memberi kepuasan tersendiri bagi pelanggan.


Bersama dengan sang suami, Kristanto D. Prasetya, Leony tidak hanya memproduksi undangan pernikahan dan ulang tahun, tapi juga berbagai produk yang bisa dipesan sesuai permintaan konsumen seperti buku tamu, buku menu untuk restoran, nomor meja, dan banyak lagi.

Gaya desain Petitprint lebih mengusung tema feminin dengan pemilihan warna serta permainan tipografi yang apik. Sehingga desainnya cocok untuk produk undangan yang sederhana namun tetap menarik dan unik. "Desain selalu disesuaikan dengan tema acara, visi dan keinginan klien. Dipadukan dengan kekhasan desain kami sehingga hasil produk tidak bisa ditemui di tempat lain," Ujar Leony yang sudah memulai usaha ini sejak tahun 2010 silam.

Selain papergoods, Leony kini makin melebarkan jasanya dengan mendesain situs dan printed materials seperti brosur, kartu nama, dan produk-produk pemasaran lainnya.
Sementara, Carysha Suamu, pemilik usaha Lalalov Gift asal Tasikmalaya, menjual aneka produk papergoods buatannya dalam bentuk parsel ataupun party kit untuk berbagai acara spesial. Sehingga, mulai dari wadah, desain wadah hingga isi parsel disesuaikan dengan permintaan pelanggan.

Misalnya, parsel dikemas cantik dengan diisi berbagai macam barang, seperti kue kering, cokelat, permen, kalender, atau boneka. "Namun saya juga bisa menjual satuan berbagai produk seperti paper bag, aneka wadah, dan kartu ucapan," kata Carysha.

Promosi lewat online
Harga produk parsel buatan Carysha dibanderol dari Rp 100.000 hingga Rp 300.000 per paket. Dalam sebulan, Lalalov Gift bisa menjual sekitar 100 parsel sampai 150 parsel. Dari sini, Carysha bisa meraup omzet hingga Rp 20 juta per bulan. Namun, memasuki bulan-bulan tertentu seperti hari raya atau hari spesial lainnya, omzet yang didapat Carysha bisa meningkat hingga dua kali lipat.

Konsumen Carysha berasal dari berbagai daerah, yakni Jakarta, Bandung, Surabaya, hingga Kalimantan. Carysha juga pernah mendapat pesanan dari salah satu agen di sebuah perusahaan asuransi di Indonesia. "Mereka biasanya pesan sebagai hadiah untuk klien," kata Carysha.

Adapun produk undangan buatan Leony biasannya dibanderol mulai dari Rp 25.000 per unit. Biasanya pelanggan memesan sekitar 500 unit undangan. Leony membatasi hanya melayani tiga sampai lima klien per bulan agar tetap bisa menjaga kualitas produk buatannya. Musim-musim nikah sekitar bulan Juni dan Juli serta September dan November menjadi waktu Leony kebanjiran pesanan. Dari sini Leony bisa meraup omzet sekitar Rp 62,5 juta per bulan.

Pengusaha papergoods lainnya yakni Veny Veronica dan Victor Alexander, membuat desain produk dengan terinspirasi kekayaan budaya Indonesia. Ini bertujuan untuk membedakan jasa mereka dibanding yang lain. Lewat merek usaha Grensi Papergoods yang berdiri 2013 lalu di Jakarta, Veny membuat kartu ucapan bermotif batik sebagai produk perdana. Kini, mereka juga memproduksi sarung notebook, tote bag, dan berbagai produk art print lainnya.

Produk Grensi Papergoods dijual mulai dari Rp 35.000 hingga Rp 175.000 per unit. Dalam tiga bulan mereka biasanya memproduksi sekitar 100 produk sampai 120 produk. Dalam sebulan, total omzet Grensi sekitar Rp 20 juta. "Margin bisa di atas 30% dari omzet," kata Veny.
Hingga saat ini, Grensi baru mempunyai dua koleksi desain papergoods, yaitu batik dan papua. Produk mereka kini dipasarkan di empat toko suvenir yang tersebar di Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Selain itu, Veny juga gencar berpromosi lewat media sosial.

Carysha pun menempuh pemasaran lewat online di berbagai media sosial seperti Instagram, Facebook, dan Path. Sedangkan Petitprint sejak awal berdiri langsung membuat situs, blog dan profil sosial media yang bertujuan untuk merangkul konsumen secara online. "Sebisa mungkin kita mengunduh foto produk yang terlihat profesional untuk menarik klien," kata Leony.
Sisanya adalah berusaha memberikan pelayanan yang terbaik. "Hampir semua konsumen kami yang puas akan merekomendasikan kami ke saudara atau teman yang akan menikah," ujar Leony.

Cita-cita ke depannya, Leony ingin mengembangkan jasa pembuatan undangan di wedding website yang sudah cukup populer beberapa tahun terakhir. Maksudnya, konsumen tidak harus memcetak undangan, namun cukup membuat undangan di website dan mengirimkan link tersebut ke para tamu undangan. Sehingga, website ini menggantikan undangan secara fisik.

BOX:
Berbisnis produk-produk kreatif dari hasil desain sendiri memang membutuhkan kreativitas, ketelitian dan kemauan untuk belajar. Veny Veronica, pemilik usaha Grensi Papergoods mengatakan, modal utama adalah memiliki keterampilan desain. Selain itu, perlu ketelitian dan juga kemauan untuk terus belajar.

Veny bilang, proses pembuatan satu koleksi produk tema budaya Indonesia membutuhkan waktu sekitar satu bulan hingga dua bulan. Karena, harus melewati proses yang panjang mulai dari riset, pengembangan desain, hingga produksi.

Khusus untuk produksi kartu ucapan, Veny bisa mengerjakannya sendiri. Namun, untuk produk lainnya dia bekerjasama dengan penjahit. Veny mengaku tidak banyak kendala yang dihadapi dalam menjalani usaha ini karena dia memang suka dengan desain dan mendalami pendidikan desain. "Salah satu hambatan yang kerap terjadi adalah mendapatkan penjahit yang cocok dengan karakter diri," kata dia.

Selain itu, Carysha Suamu, pemilik usaha Lalalov Gift, berpendapat, berbagai macam aspek lainnya juga mempengaruhi keberhasilan bisnis ini. Misalnya menetapkan target pasar yang tepat sehingga arah desain yang dibuat pun bisa menyesuaikan.
Sebagian besar konsumen dari jasa ini adalah orang-orang yang mengerti pentingnya desain undangan. Sehingga mereka tidak keberatan untuk membayar lebih mahal untuk mendapatkan produk yang terbaik. Itu sebabnya harga jual pun lebih tinggi.

Profil konsumen Leony Zefanya, pemilik situs petitprint.net umumnya pasangan yang menikah di luar negeri, atau pasangan modern yang akan menikah di Bali.     

Sumber : kontan.co.id
 http://belajar-cara-membuat-website.blogspot.com/

0 comments:

Post a Comment