Saturday, October 31, 2015

Mulai Bisnis Dari Garasi, Pendiri Kalbe Farma Jadi Orang Terkaya No.7 di RI

Mulai Bisnis Dari Garasi, Pendiri Kalbe Farma Jadi Orang Terkaya No.7 di RI 
Boenjamin Setiawan, memulai bisnis dari sebuah garasi yang dijadikannya pabrik salep obat panu. Sekarang perusahaan yang didirikan Boenjamin adalah perusahaan besar, yakni PT Kalbe Farma Tbk.

Kalbe didirikan Boenjamin pada 1966 dan sekarang sudah dikenal oleh masyarakat banyak. Pria kelahiran 1943 yang juga seorang dokter ini, tidak pernah berpikir bakal mendirikan perusahaan yang saat ini berskala besar, dan menjadikannya orang terkaya nomor 7 di Indonesia versi Forbes.

Boenjamin bercerita soal awal mula bisnisnya dimulai, ketika ia kembali dari Amerika Serikat (AS), usai menyelesaikan pendidikan dokternya pada tahun 1961.

"Tahun 1961 saya kembali dari sekolah di AS. Saya datangi pengusaha farmasi sukses yaitu Wim Kalona pemilik PT Dupa. Pada masa itu minta dana Rp 30 juta untuk penelitian jamu-jamuan obat kencing manis dan tekanan darah. Pak Win bilang, kalau saya lakukan penelitian ya harus dirikan industri farmasi. Jadi tidak pernah sengaja mimpi bikin perusahaan farmasi," ungkap Boenjamin, dalam acara Tanoto Entrepreneurship Series, yang digelar Tanoto Foundation, di Auditorium Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta, Jumat (30/10/2015).

Awal perjalanan bisnis dokter bidang farmakologi tersebut rupanya tidak langsung berhasil. "Tahun 1963 saya ajak teman saya dokter biologi bikin plasenta ekstrak. Semua anak-anak muda di bawah 30 tahun. Hari Minggu mau kerja bikin salep. Lalu modal menipis dan usaha itu terpaksa tutup," kata Boenjamin.

Ia tidak menyerah. Boenjamin kemudian mendapat kesempatan kedua untuk kembali membangun bidangnya. Di sinilah cikal bakal Kalbe Farma dimulai.

"Lalu saya usaha lagi. Saya ajak dokter farmakologi, Jan Tan berencana berangkat ke Belanda. Tapi batal karena kemudian kakak saya menyarankan terus saja berusaha buat pabrik obat. Kakak saya dokter gigi, kakak perempuan lain juga dokter. Kami patungan masukkan dana buat pabrik di sebuah bengkel milik salah seorang pasien kakak saya. Sama-sama mendirikan perusahaan yang namanya Kalbe Farma," paparnya.

Boenjamin pun memperhatikan, di luar negeri banyak bisnis besar yang dimulai dari sebuah garasi. "Produsen laptop Hawlett Packard itu mulainya di garasi. Bill Gates mulainya di ruang kamar kos-kosan. Big company yang lahir dari garasi jumlahnya sangat baik. Kalau mau berhasil, ada baiknya mulai dari garasi. Jadi karena mulai dari susah, semangat berhasilnya tinggi jadi ingin meraih sukses," ucapnya.

Boenjamin pun berbagi kunci keberhasilannya hingga meraih posisi menjadi orang terkaya nomor 7 di Indonesia. Pertama, kata Boen, yaitu networking atau jaringan. "Kunci sangat penting yaitu networking. Usahakan selalu berkenalan dengan sebanyak mungkin orang," tambahnya.

Dengan berjejaring, lanjut Boen, akan terbuka banyak peluang. "Kemudian lihat peluang yang ada. Kalau sudah ketemu satu peluang akan ketemu banyak masalah tapi tidak boleh berhenti. You have to do it with love, harus pakai rasa sayang yang besar sekali. Jangan ketabrak sedikit menyerah," ujarnya.

Tidak hanya berkawan, pebisnis perlu mengenali kompetitornya. "Cari tahu keunggulan dan kelemahan kompetitor," imbuhnya.

Boen bersama keenam saudaranya sampai saat ini masih aktif mengurusi Kalbe Farma. Ia pun menyinggung soal mitos generasi ketiga dalam sebuah trah bisnis. "Generasi satu masih bersatu. Generasi kedua dengan partner in love (pasangan)-nya akan lebih banyak orang yang bergabung. Generasi ketiga, saudara makin banyak bisa sering ribut," tuturnya.

Pria ini Boen rupanya tidak pernah bermimpi untuk mendirikan perusahaan farmasi besar negeri ini. Dia mengakui, itu salah satu kesalahannya yaitu tidak punya mimpi. Sekarang menurut Forbes, Boen adalah orang terkaya nomor 7 di Indonesia dengan harta US$ 3,5 miliar, atau sekitar Rp 47,9 triliun.

"Saya dulu salah, waktu muda tidak pernah punya mimpi. Anak-anak muda harus punya mimpi. Sudah punya mimpi, harus ada aksinya. Banyak pengorbanan jadi entrepreneur, tapi kalau sudah berhasil banyak juga reward-nya," pungkasnya.

Sumber : detik.com
http://belajar-cara-membuat-website.blogspot.co.id/
http://ide-peluang-bisnis.blogspot.co.id/p/jasa-pembukuan.html
http://ide-peluang-bisnis.blogspot.co.id/p/program-persediaan-otomatis.html

0 comments:

Post a Comment