Revolusi digital yang telah banyak mengubah dunia sejak era 1980-an,
semakin hangat memengaruhi perubahan sosial masyarakat di seluruh dunia.
Riset bank asal Singapura DBS Bank, yang dipublikasikan dalam
DBS Asian Insight, beberapa waktu lalu, mencatat, digitalisasi teknologi
bukan cuma mengubah model bisnis.Dia juga mampu menghasilkan produk
domestik bruto (PDB) lebih cepat dibanding teknologi pendahulu.
Sebagai
gambaran, mesin uap membutuhkan waktu 80 tahun untuk menghasilkan 1%
PDB. Sedangkan teknologi digital cuma butuh waktu 15 tahun.
Asia
tercatat sebagai salah satu benua yang tengah merekam proses revolusi
digital nan luar biasa. Pemicu revolusi salah satunya adalah ledakan
pemakaian ponsel pintar.
Selain itu, pemicu lain adalah pemakaian media sosial sebagai kanal iklan pemasaran yang makin mumpuni.
Menurut Lembaga periset digital marketing eMarketer,
pengguna aktif ponsel pintar di Indonesia tahun ini akan menembus 69,4
juta orang. Angka itu diprediksi akan mencapai 103 juta orang pada tahun
2018 mendatang.
Di saat yang sama, penetrasi smartphone
yang makin masif mendongkrak pula kegemaran orang Indonesia bersosial
media. Facebook, sebagai contoh, menjadi media sosial paling digemari di
Indonesia hingga negeri kita sempat dijuluki The Facebook Country.
Mengutip
DailySocial, ada sekitar 82 juta pengguna Facebook aktif di negeri ini.
Angka itu setara gabungan pengguna Facebook di Thailand, Filipina dan
Vietnam.
Sedang pengguna Instagram di Indonesia telah menembus
22 juta orang. Popularitas Instagram mulai membayangi Twitter di negeri
ini.
Angka-angka itu menguatkan tesis bahwa di Indonesia tengah tengah berlangsung booming teknologi digital yang luarbiasa. Dengan populasi 250 juta, Indonesia berpotensi menjadi raksasa digital Asia, bahkan dunia.
Pemasaran digital
Bagi para pelaku usaha, fenomena booming teknologi
digital dan pemakaian masif media sosial sulit untuk diabaikan begitu
saja. Strategi bisnis tidak bisa lagi kaku pada pakem lama. Pemasaran
dan promosi niscaya akan ketinggalan bila hanya terpaku pada trik-trik
konvensional semata.
Pemasaran non-konvensional atau digital melalui kanal online, baik lewat pemanfaatan media sosial maupun e-commerce menjadi strategi yang harus dipertimbangkan.
Asnan
Furinto, pengamat dan praktisi pemasaran Universitas Bina Nusantara,
menilai, strategi pemasaran konvensional saja akan kurang ampuh
mendongkrak kinerja bisnis. “Mengikuti perkembangan masyarakat,
pemasaran digital berbobot penting saat ini,” terang dia.
Mengabaikan
perubahan perilaku masyarakat yang sekarang semakin lekat dengan dunia
digital justru membuang peluang mendongkrak performa bisnis. Dengan
kata lain, strategi pemasaran mau tidak mau juga harus menubruk
kanal-kanal online melalui digital marketing.
Bahkan,
di era seperti sekarang, tidak sedikit pengusaha yang malah mampu
mencetak pertumbuhan omzet luar biasa hanya dengan mengoptimalkan
pemasaran dari sisi online. Pengalaman Atina Maula, pendiri dan pemilik Vanilla Hijab, produsen jilbab dan pakaian muslim, membuktikan hal itu.
Di
awal-awal merintis bisnis, perempuan yang baru berusia 23 tahun ini
memasarkan dan mempromosikan produk hanya dari akun Instagram. “Saya
rajin mengomentari akun-akun pengikut atau followers para selebgram (selebriti di Instagram) untuk mendapatkan followers,” cerita Atina.
Target dia, dalam sehari mengomentari minimal 200 akun pengikut tiga hijabers - sebutan untuk selebriti berjilbab, yang kondang sebagai selebgram tadi. Spam komentar dia geber hingga followers akun Instagram @vanillahijab mendekati 400.000 pengikut saat ini.
Hasilnya
luarbiasa. Atina dengan merek Vanilla Hijab kini telah mampu mencetak
omzet ratusan juta setiap pekan, hanya dari akun Instagram! Tanpa toko
fisik, tanpa membayar mahal untuk iklan di sana sini.
Sekilas
sepertinya terdengar mudah menerapkan strategi pemasaran digital,
terlebih dengan pemanfaatan media sosial. Namun, apa, iya, sesederhana
itu?
Menurut Asnan, bila seorang pelaku usaha hendak menerapkan
strategi pemasaran nonkonvensional, pertama-tama yang harus dipikirkan
adalah diferensiasi. Sebenarnya ini adalah resep umum pemasaran, yaitu
terkait market positioning.
Namun, dalam ranah
pemasaran digital, bobot diferensiasi yang ditawarkan oleh pemilik
bisnis harus lebih kuat. “Segmen yang disasar harus tepat, yaitu solusi
apa yang ditawarkan oleh si pengusaha,” kata Asnan.
Misal, Atina
dengan Vanilla Hijab, khusus menyasar pemakai hijab yang membutuhkan
hijab berkualitas bagus dengan harga terjangkau. Contoh lain, aplikasi
ojek online seperti Go-Jek yang unggul karena menawarkan solusi transportasi riil bagi warga kota yang akrab dengan kemacetan lalu lintas.
Diferensiasi
yang kuat juga ketepatan segmen sasaran akan membantu Anda menerapkan
strategi pemasaran yang tepat. Asnan mengingatkan, pemasaran
nonkonvensional bukanlah berarti sekadar ikut-ikutan tren memakai
teknologi untuk kegiatan pemasaran.
“Namun, bagaimana kegiatan klasik pemasaran menjadi lebih efektif dan efisien dengan memanfaatkan teknologi,” kata dia.
Kegiatan klasik pemasaran, antara lain pengelolaan harga, promosi, tempat, produk, segmentasi, target dan positioning. Maka itu, kendati pun Anda hendak memanfaatkan jalur daring untuk memasarkan produk, prinsip-prinsip marketing harus tetap Anda terapkan.
“Pada
akhirnya, proposisi nilai dan diferensiasi produklah yang menjadi modal
utama pemasar agar produk berhasil,” terang Asnan.
Malah,
apabila menyasar jalur daring, Anda harus memperhatikan pula tuntutan
ekstra menghadapi dinamika bisnis yang lebih tinggi dan cepat. Sebagai
contoh, dari sisi komunikasi dengan konsumen.
Dalam pemasaran daring, komunikasi dan lalu lintas interaksi berlangsung real-time tanpa tatap muka. Alhasil, pengelolaan komunikasi harus lebih berhati-hati dan profesional demi menghindari miskomunikasi.
“Karena setiap percakapan dengan pelanggan atau calon pelanggan di platform online atau media sosial merupakan moment of truth yang kritis bagi si pemasar,” terang Asnan.
Pemilik
usaha harus mau berinvestasi khusus dari sisi waktu agar bisa mengelola
media sosial agar selalu aktif, menarik dan segar. Media sosial atau
pun platform jualan daring ibarat etalase tempat Anda memajang produk.
Untuk mendukung itu, bila perlu pebisnis memiliki sendiri tim khusus pengelola media sosial.
Nah, berikut kanal-kanal pemasaran daring yang bisa Anda manfaatkan:
Untuk berjualan di Facebook, Anda bisa memakai laman Fan Page. Semakin banyak “likes” pada laman Anda, berarti khalayak toko Anda pun makin banyak.
Merekalah konsumen potensial produk Anda. Hanya, bila dahulu Facebook bisa menjangkau banyak khalayak, sejak 2014 media sosial populer itu mengubah algoritma.
Dus, walau jumlah “likes” di Fan Page Anda mencapai 10.000 “likes”, posting produk Anda cuma bisa menjangkau atau dilihat oleh 500 pengguna atau 5% dari total fans laman Anda.
Anda bisa memanfaatkan Facebook Ads untuk mempromosikan produk Anda lebih intens. Tapi, layanan ini berbayar mulai US$ 1-US$ 5 per hari. Menurut Asnan, kelebihan Facebook adalah dia cocok untuk bisnis dengan segmen pasar luas dan menyasar semua kalangan.
Selain Facebook, Anda bisa memanfaatkan Instagram atau IG. Media sosial ini justru banyak dipilih sebagai kanal pemasaran pengusaha UKM.
Salah satu pelaku adalah Eka Putri atau Uthi, pemilik gerai online tas dengan akun @picquetbags. “IG cukup efektif mendongkrak penjualan,” kata dia.
Ada banyak teknik memperbesar pengikut yang potensial menjadi konsumen produk Anda. Misal, melalui hashtag atau tanda pagar (tagar) yang memudahkan pencari produk menemukan Anda. Bisa juga melalui trik promosi khusus.
Contoh, melalui trik shout for shout (SFS). Ini adalah cara promosi yang membuat sesama online shop saling mempromosikan. Pengalaman Uthi, trik ini cukup efektif mengerek jumlah pengikut hingga 200-300 akun setiap hari.
Memakai jasa endorse selebgram juga bisa Anda pilih. Beberapa selebgram memasang tarif endorse hingga jutaan rupiah. Syukur-syukur bila selebgram itu adalah juga pelanggan produk Anda.
Anda bisa menikmati jasa promosi gratis! Seperti pengalaman gerai kuliner daerah @nasikrawuyukhar yang mendapat tambahan hampir 200 followers dalam sehari saat produknya dipromosikan oleh seorang pelanggan yang ternyata selebgram. “Penjualan juga terdongkrak seiring jumlah pengikut yang makin banyak,” ujar Teguh Firmansyah, pemilik gerai kuliner daring itu.
Instagram juga Path, menurut Asnan, cocok sebagai media promosi dan pemasaran produk seputar customer experience, seperti wisata kuliner, gaya hidup, dan busana. Karena itu, media sosial ini membutuhkan asupan konten visual yang kontinu dan artistik.
Walau cukup efektif menjadi kanal pemasaran, media sosial mencukupi di fase awal pemasaran saja, terutama untuk proses membangun brand awareness. Begitu transaksi makin besar, segmen pelanggan meluas, menurut Asnan, pengusaha harus membangun sisi tangible.
“Perlu membuat gerai, showrooms, layanan pelanggan, kecuali bisnis yang berbasis internet murni,” kata Asnan.
“Beli sistem Rp 15 juta dan maintenance sekitar Rp 3 juta per bulan,” cerita Erie Nugraha, pemilik www.rajamotoronline.com.
Agar penjelajah dunia maya mengetahui keberadaan Anda, Anda perlu memaksimalkan search engine optimization (SEO) atau optimasi mesin pencari melalui keyword yang tepat. Kanal pemasaran melalui webstore bisa Anda kombinasikan dengan mengoptimalkan media sosial.
Agar pengunjung webstore mendapatkan nilai lebih, jangan segan membagi konten yang bermanfaat seperti tip dan trik tertentu yang berkaitan dengan produk Anda. Bisa pula memajang review produk laiknya Blog. Dus, toko daring Anda tidak melulu memajang barang dagangan.
Di marketplace gratis, yang Anda butuhkan adalah konsistensi mempromosikan laman toko Anda agar bisa tampil di halaman depan aplikasi marketplace tersebut. Sedangkan marketplace berbayar mewajibkan penjual menyetor deposit sejumlah tertentu, baru penjual bisa berjualan.
Mana yang lebih oke, silakan
0 comments:
Post a Comment