Sebuah
bisnis tentu memiliki beberapa sumber modal utama, baik untuk permulaan
atau start-up maupun untuk pengembangan dan operasional perusahaan.
Sumber modal bermacam-macam, ada yang merupakan hasil kerjasama dengan
partner, modal dari investor, serta sumber modal lainnya misalnya
melalui kredit atau hutang. Hutang dibedakan menjadi hutang jangka
pendek dan hutang jangka panjang.
Sumber modal ini diperlukan untuk mendanai / membiayai keperluan
perusahaan yang cukup banyak dan beragam, mulai dari keperluan untuk
proses produksi, pengiriman, promosi / marketing, gaji karyawan,
pengembangan produk, hingga biaya operasional seperti pembelian
mesin-mesin dan perawatan mesin tersebut.
Jika
menginginkan kemajuan perusahaan dalam jangka waktu panjang, maka
kebutuhan-kebutuhan perusahaan baik yang primer maupun sekunder,
kebutuhan urgent maupun tidak urgent tetap diperlukan dan tidak dapat
terhindarkan sehingga sebuah perusahaan tentu memiliki hutang jangka panjang.
Hutang ini biasanya dipergunakan untuk keperluan operasional seperti
pembelian mesin-mesin yang bersifat pemakaian jangka lama, penambahan
modal kerja permanen, perluasan lokasi perusahaan, akuisisi, dan hal
yang bersifat permanen atau jangka panjang lainnya.
Memiliki
hutang dalam sebuah bisnis memang tergolong hal yang umum dilakukan
bagi sebuah perusahaan. Hutang ini sendiri juga terdiri atas berbagai
macam cakupan dan terdiri atas berbagai macam jenis. Hutang jangka panjang lebih diminati oleh para pelaku bisnis yang memiliki goal dan capaian yang harus dicapai dalam waktu jangka panjang.
Memang
pada dasarnya memiliki hutang, apalagi dalam jumlah besar tidak baik
bagi kesehatan perusahaan. Namun hutang dirasa dirasa sebuah kebutuhan
yang tidak dapat dihindari apabila perusahaan ingin lebih maju dan
berkembang. Maka dari itu pelaku bisnis lebih memilih untuk memiliki hutang jangka panjang
untuk melunasi hutang karena nominalnya yang besar, maka pembayaran dan
pelunasannya pun biasanya juga membutuhkan waktu yang lama.
Pengertian Hutang Jangka Panjang
Hutang jangka panjang adalah hutang perusahaan yang memiliki tenggat waktu pembayaran atau jatuh tempo yang biasanya lumayan lama, bisa mencapai satu periode akuntansi (1 tahun) atau lebih. Biasanya, biaya pembayaran atau pelunasan hutang jangka panjang
ini diperoleh melalui sumber-sumber dana yang bukan berasal dari kas
perusahaan, investasi jangka pendek, persediaan stok barang / produk di
gudang yang belum digunakan, piutang dagang, dan lain sebagainya yang
biasanya termasuk kedalam aktiva lancar. Untuk pelunasan hutang jangka panjang
biasanya menggunakan aktiva tidak lancar. Yang dimaksud dengan aktiva
tidak lancar adalah aset atau kekayaan yang memiliki nilai waktu
ekonomis yang cenderung relatif permanen atau jangka panjang serta tidak
akan mudah habis dalam sebuah periode cash flow operasional perusahaan
selama satu tahun. Contohnya adalah aset-aset perusahaan berupa
investasi jangka panjang, saham, dan lain sebagainya.
Menurut ilmu akuntansi keuangan menengah, yang termasuk kedalam hutang jangka panjang
salah satunya adalah tentang hutang obligasi. Obligasi sendiri adalah
sebuah pinjaman yang diberikan pemilik sebuah perusahaan kepada
perusahaan lainnya. Obligasi adalah surat hutang jangka panjang
yang diterbitkan oleh sebuah perusahaan atau pemerintah dengan nilai
nominal dengan waktu jatuh tempo tertentu yang telah disepakati
sebelumnya. Obligasi ini memang memiliki arti sebaliknya dari saham,
dimana saham adalah memberikan hak kepemilikan kepada orang yang berlaku
sebagai pemegang saham tersebut.
Hutang jangka panjang menurut Kieso
adalah sebuah kewajiban atau beban di masa depan untuk membayarkan
hutang akibat dari penundaan pembayaran hutang yang seharusnya dilakukan
pada saat siklus satu tahun atau lebih operasi operasional perusahaan.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa hutang dibagi menjadi
dua kategori yaitu hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang.
Perbedaannya dengan hutang jangka pendek
adalah hutang jangka pendek harus segera dibayarkan dan dilunasi
pembayarannya selama kurang dari satu periode akuntansi (kurang dari 1
tahun).
Dalam mendapatkan sebuah pinjaman atau hutang jangka panjang memang tidak mudah, hal ini memerlukan beberapa jaminan dan persyaratan tertentu. Jaminan hutang jangka panjang ini bermacam-macam, diantaranya adalah jaminan barang tak bergerak. Yang termasuk kedalam jaminan barang tak bergerak adalah aset-aset seperti sertifikat tanah dan bangunan / gedung, dan rumah. Hutang jangka panjang atau long term debt ini memiliki pembayaran jatuh tempo sekitar 5-20 tahun. Waktu pembayaran ini tergantung kesepakatan dari kedua belah pihak dan kemampuan pihak yang mengajukan hutang jangka panjang untuk melakukan pembayaran yang telah telah disepakati sebelumnya.
Hutang jangka panjang memiliki rasio ekuitas
atau jumlah perbandingan mengenai aktiva bersih perusahaan yaitu jumlah
aktiva yang telah dikurangi kewajiban pembayaran-pembayaran perusahaan.
Rasio ekuitas terhadap total aktiva merupakan perbandingan antara hutang jangka pendek, hutang jangka panjang serta jumlah seluruh aktiva perusahaan. Rasio ekuitas merupakan hasil dari selisih aktiva yang dimiliki perusahaan setelah dikurangi hutang lancar dan hutang jangka panjang.
Jenis-jenis Hutang Jangka Panjang
Hutang jangka panjang memiliki beberapa jenis, beberapa contoh hutang jangka panjang diantaranya adalah sebagai berikut :
- Hutang hipotek, yaitu hutang yang muncul dikarenakan adanya pendapatan dana yang berasal dari hutang yang menggunakan jaminan harta tetap. Harta tetap atau barang tak bergerak misalnya saja adalah sertifikat tanah, sertifikat gedung / bangunan, rumah, dan lain sebagainya. Apabila nantinya peminjam tidak mampu melunasi hutang sessuai tenggat waktu yang telah dilakukan, maka pemberi pinjaman memiliki hak untuk menyita dan menjual barang yang dijaminkan tersebut untuk kemudian diambil dananya menurut kekurangan hutang yang belum dilunasi. Hutang hipotek biasanya hanya dapat diperoleh melalui salah satu sumber saja, misalnya hanya kepada bank.
- Hutang obligasi, yaitu hutang yang timbul karena adanya dana yang telah didapatkan melalui terbitnya surat-surat obligasi. Seseorang yang membeli obligasi merupakan pemegang obligasi. Hal-hal yang biasanya tercantum dalam surat obligasi antara lain adalah nominal obligasi, tanggal pelunasan obligasi, bunga per tahun, serta ketentuan-ketentuan lain sesuai jenis obligasi yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, yaitu peminjam dan pemberi pinjaman.
Sedangkan hutang wesel atau wesel bayar, termasuk kedalam jenis hutang jangka pendek. Hutang wesel
adalah sebuah surat pernyataan kesanggupan pembayaran nominal tertentu
dan tanggal yang telah disepakati bersama untuk diharuskan melakukan
pembayaran kepada pihak pemberi pinjaman di masa depan. Yang termasuk hutang wesel
antara lain adalah wesel yang dibuat dalam rangka kegiatan normal
perusahaan, pinjaman yang disertai wesel, hutang wesel jangka panjang
yang segera jatuh tempo, pendapatan diterima dimuka, hutang binus
karyawan, hutang gaji dan upah, dan lain sebagainya. Hutang wesel dapat dibagi menjadi dua yaitu hutang wesel tidak berbunga dan hutang wesel berbunga.
Sumber hutang jangka panjang dapat diperoleh melalui berbagai sumber, diantaranya adalah dari perusahaan lain, investor, maupun bank. Hutang jangka panjang bank
memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Besarnya pinjaman
yang yang bisa dipinjam dari bank biasanya disesuaikan dengan kemampuan
perusahaan dalam membayar, seperti kelancaran keuangan perusahaan, laba
yang diperoleh, kas perusahaan, jaminan sertifikat-sertifikat bangunan /
tanah, dan lain sebagainya yang berfungsi sebagai bahan pertimbangan
bank dalam menyetujui sebuah pengajuan pinjaman perusahaan.
Resiko Hutang Jangka Panjang
Memiliki hutang jangka panjang selain menguntungkan dan dapat memberikan manfaat kepada perusahaan, namun juga memiliki beberapa resiko. Beberapa resiko hutang jangka panjang diantaranya adalah :
- Semakin lama jangka waktu peminjaman dana dan pelunasannya maka resiko juga akan semakin tinggi
- Hanya dapat memperoleh sumber dana yang terbatas dari hasil pinjaman
- Hutang merupakan beban tetap yang harus ditanggung oleh perusahaan
- Memiliki tenggat waktu jatuh tempo pembayaran hutang yang sudah pasti / tetap
- Kemungkinan nilai saham perusahaan akan turun akibat tingkat tinggi atau rendah jumlah pinjaman
Keuntungan Hutang Jangka Panjang
Selain harus siap dihadapkan dengan resiko, memiliki hutang jangka panjang dengan obligasi memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah :
- Bunga obligasi yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan deviden yang harus dibayarkan kepada pemegang saham.
- Mengurangi kewajiban pajak, hal ini dikarenakan bunga pinjaman merupakan biaya yang dibebankan kepada perusahaan. Sedangkan deviden merupakan pembagian laba yang tidak dapat dikategorisasikan sebagai pembebanan biaya.
- Pemilik obligasi tidak akan memiliki hak suara dalam perusahaan, sehingga tidak akan mempengaruhi manajemen dan operasional harian perusahaan.
Manajemen Hutang Jangka Panjang
Apabila seseorang telah memiliki pinjaman berupa hutang jangka panjang dalam perusahaannya, maka hal penting yang harus dilakukan oleh manajemen perusahaan adalah membuat neraca hutang jangka panjang yang dimiliki. Neraca keuangan ini terdiri atas aktiva dan pasiva.Neraca adalah laporan keuangan perusahaan dalam satu periode akuntansi (1 tahun) yang bertujuan untuk menghitung tentang laporan keuangan perusahaan, yaitu seperti biaya pemasukan, biaya keluar masuk dana perusahaan, serta biaya operasional atau tingkat kelancaran keuangan perusahaan pada akhir periode akuntansi tersebut. Neraca keuangan akan menjadi sebuah dasar untuk menentukan keputusan keuangan perusahaan di masa depan.
Sumber : ciputrauceo.net
http://belajar-cara-membuat-website.blogspot.co.id/
http://ide-peluang-bisnis.blogspot.co.id/p/jasa-pembukuan.html
http://ide-peluang-bisnis.blogspot.co.id/p/program-persediaan-otomatis.html
0 comments:
Post a Comment