Rasio aktivitas (activity
ratio) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif
perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang dimilikinya. Efesiensi yang dilakukan
misalnya di bidang penjualan, penagihan piutang dan efesiensi di bidang
lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio
aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efesien dan efektif dalam
mengelolah aset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya.
Dari hasil pengukuran ini, akan
diketahui berbagai hal yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan sehingga
manajemen dapat mengukur kinerja mereka selama ini. Hasil yang diperoleh
misalnya dapat diketahui seberapa lama penagihan suatu piutang dalam periode tertentu.
Kemudian hasil ini dibandingkan dengan hasil pengukuran beberapa periode
sebelumnya. Di
sampig itu, rasio ini juga digunakan untuk mengukur hari rata-rata sediaan
tersimpan di gudang, perputaran modal kerja, perputaran aktiva tetap dalam satu
periode, penggunaan seluruh aktiva terhadap penjualan dan rasio lainnya.
Dengan demikian, dari hasil
pengukuran ini jelas bahwa kondisi perusahaan periode ini mampu atau tidak
untuk mencapai target yang telah ditentukan. Apabila tidak mampu untuk mencapai target, pihak manajemen
harus mampu mencari sebab-sebab tidak tercapainya target yang telah ditentukan.
Namun, apabila mampu mencapai target yang telah ditentukan, hendaknya dapat
dipertahankan atau ditingkatkan untuk periode berikutnya.
Penggunaan rasio aktivitas adalah
dengan cara membandingkan antara tingkat penjualan dengan investasi dalam
aktiva untuk satu periode. Artinya diharapkan adanya keseimbangan seperti yang
diinginkan antara penjualan dengan aktiva seperti sediaan, piutang dan aktiva
tetap lainnya. Kemampuan manajemen untuk menggunakan dan mengoptimalkan aktiva
yang dimiliki merupakan tujuan utama rasio.
Semua rasio aktivitas ini
melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai
jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat
keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragam unsur aktiva misalnya
persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainnya.
Aktiva yang rendah pada tingkat
penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang
tertanam pada aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila
ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.
Dalam praktiknya rasio aktivitas
yang digunakan perusahaan memiliki beberapa tujuan yang hendak dicapai. Rasio
aktivitas juga memberikan banyak manfaat bagi kepentingan perusahaan maupun
bagi pihak luar perusahaan, untuk masa sekarang maupun di masa yang akan
datang.
Berikut ini adalah beberapa
tujuan yang hendak dicapai perusahaan dari penggunaan rasio aktivitas antara
lain:
1. Untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu
periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam
satu periode.
2. Untuk menghitung hari rata-rata penagihan piutang (days
of receivable), di mana hasil
perhitungan ini menunjukkan jumlah hari (berapa hari) piutang tersebut
rata-rata tidak dapat ditagih.
3. Untuk menghitung berapa hari rata-rata sediaan tersimpan
dalam gudang.
4. Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam
modal kerja berputar dalam satu periode atau berapa penjualan yang dapat
dicapai oleh setiap modal kerja yang digunakan (working capital turn over).
5. Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam
aktiva tetap berputar dalam satu periode.
6. Untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan dibandingkan dengan
penjualan.
Kemudian, di samping tujuan yang ingin dicapai di atas,
terdapat beberapa manfaat yang dapat ambil dari rasio aktivitas, yaitu:
1.
Dalam bidang
piutang
a.
Perusahaan
atau manajemen dapat mengetahui berapa lama piutang mampu ditagih selama satu
periode. Kemudian, manajemen juga dapat mengetahui berapa kali dana yang
ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Dengan demikian, dapat
diketahui efektif atau tidaknya kegiatan perusahaan dalam bidang penagihan.
b.
Manajemen
dapat mengetahui jumlah hari dalam rata-rata penagihan piutang (days of
receivable) sehingga manajemen dapat pula mengetahui jumlah hari (berapa hari)
piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih.
2.
Dalam bidang
sediaan
Manajemen dapat mengetahui hari rata-rata sediaan tersimpan dalam gudang. Hasil ini dibandingkan dengan
target yang telah ditentukan atau rata-rata industri. Kemudian perusahaan dapat
pula membandingkan hasil ini dengan pengukuran rasio beberapa periode yang
lalu.
3.
Dalam bidang
modal kerja dan penjualan
Manajemen dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal
kerja berputar dalam satu periode atau dengan kata lain, berapa penjualan yang
dapat dicapai oleh setiap modal kerja yang digunakan.
4.
Dalam bidang
aktiva dan penjualan
a. Manajemen dapat mengetahui berapa kali dana yang
ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode.
b. Manajemen dapat mengetahui penggunaan semua aktiva
perusahaan dibandingkan dengan penjualan dalam suatu periode tertentu.
Rasio aktivitas yang dapat
digunakan manajemen untuk mengambil keputusan terdiri dari beberapa jenis.
Penggunaan rasio yang diinginkan sangat tergantung dari keinginan manajemen
perusahaan. Artinya lengkap tidaknya rasio aktvitas yang akan digunakan tergantung
dari kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai pihak manajemen perusahaan
tersebut.
Secara umum apabila seluruh rasio
aktivitas yang ada digunakan, akan mampu memperlihatkan efektivitas perusahaaan
secara maksimal, jika dibandingkan dengan penggunaan hanya sebagian saja.
Berikut ini
beberapa jenis-jenis rasio aktivitas adalah sebagai berikut:
1.
Perputaran
Piutang (Account Receivable Turn Over)
Merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu
periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam
satu periode. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang
ditanamkan dalam piutang semakin rendah (dibandingkan dengan rasio tahun
sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya
jika rasio semakin rendah adanover investment
dalam piutang. Hal yang jelas adalah rasio perputaran piutang memberikan
pemahaman tentang kualitas piutang dan kesuksessan penagihan piutang.
Cara mencari rasio ini adalah
dengan membandingkan antara penjualan kredit dengan rata-rata piutang.
Rumusan untuk mencari receivable
turn over adalah sebagai berikut:
penjualan
kredit
receivable turn over =
Rata-rata
Piutang
|
penjualan
kredit
receivable turn over =
Piutang
|
Sebagai
catatan apabila data mengenai penjualan kredit tidak ditemukan, dapat digunakan
angka penjualan total.
Contoh:
Komponen Laporan Keuangan
|
2005
|
2006
|
Penjualan
Piutang
Awal tahun
Akhir tahun
|
5.950
550
|
5.550
360
|
Untuk tahun 2005:
5.950
receivable turn over = = 10,81
kali, dibulatkan (11 kali)
550
|
Untuk tahun 2006:
5.550
receivable turn over = = 15,41
kali, dibulatkan (15,5 kali)
360
|
Artinya perputaran piutang untuk
tahun 2005 adalah 11 kali dibandingkan penjualan dan perputaran piutang untuk
tahun 2006 adalah 15,5 kali dibandingkan penjualan.
Jika
rata-rata industri untuk perputaran piutang adalah 15 kali, maka untuk tahun
2005 dapat dikatakan penagihan piutang yang dilakukan manajemen dapat dianggap
tidak berhasil, namun untuk tahun 2006 dianggap berhasil karena melebihi angka
rata-rata industri.
Bagi bank yang akan memberikan kredit perlu juga menghitung
hari rata-rata penagihan piutang (days of receivable). Hasil perhitungan ini
menunjukkan jumlah hari (berapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak dapat
ditagih dan rasio ini juga sering disebut days sales uncollected.
Piutang
rata-rata x 360
receivable turn over =
penjualan kredit
|
Jumlah hari
dalam 1 tahun
receivable turn over =
perputaran piutang
|
Untuk tahun2005:
365
Days of receivable = = 30,41 hari atau
dibulatkan 31 hari
12
|
Untuk tahu 2006:
365
Days of receivable = = 23,54 hari atau
dibulatkan 24 hari
15,5
|
365
Rata-rata industri penagihan
Piutang adalah= = 24,33
atau 25 hari
15
|
Sebelum
menyimpulkan lebih lanjut, perlu terlebih dulu dilihat syarat-syarat kredit
yang diberikan apakah 2/10 net 30 atau 2/10 net 60. Jika syarat yang pertama
yang berlaku, tahun 2005 kelebihan atau melebihi tanggal jatuh tempo satu hari.
Namun, apabila syarat kedua yang berlaku, maka hari rata-rata penagihan piutang
dapat dikatakan cukup baik.
J. Fred
Weston menyebutkan rata-rata jangka waktu penagihan adalah ukuran perputaran
piutang yang dihitung dalam dua tahapan berikut:
1.
Penjualan
Penjualan per hari =
360
|
2.
Hari lamanya penjualan terikat dalam bentuk piutang
piutang
Rata-rata jangka waktu
penagihan =
Penjualan per hari
|
s
Rp. 5.950
Penjualan per hari = = Rp. 16,5
360
|
Rp. 550
Rata-rata jangka waktu
penagihan = = 33,3 hari (34 hari)
Rp. 16,5
|
Rp. 5.550
Penjualan per hari =
= Rp. 15,4
360
|
Rp. 360
Rata-rata jangka waktu
penagihan = = 23,4 hari (24 hari)
Rp. 15,4
|
Jika
rata-rata industri 25 kali, artinya kondisi perusahaan untuk rata-rata jangka
waktu penagihan untuk tahun 2005 dan 2006 kurang baik karena konsumen membayar
tagihan tidak tepat waktu.
Merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan ini berputar dalam 1
periode. Rasio ini dikenal dengan nama rasio perputaran sediaan.
Rasio perputaran persediaan mengukur
efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup popular untuk
menilai efisiensi operasional, yang
memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada
persediaan.
Dapat pula diartikan bahwa perputaran
sediaan merupakan rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang sediaan
diganti dalam 1 tahun. Semakin kecil rasio ini semakin jelek, demikian pula sebaliknya. Turunan dari perputaran sediaan
adalah jumlah hari untuk menjual sediaan (days to sell inventory).
Cara menghitung rasio perputaran sediaan dilakukan dengan
dua cara yaitu: pertama, membandingkan antara harga pokok barang yang
dijual dengan nilai sediaan, dan kedua, membandingkan antara penjualan
nilai sediaan. Apabila rasio yang diperoleh tinggi, ini menunjukkan perusahaan
bekerja secara efesien dan likuid persediaan semakin baik. Demikian pula
apabila perputaran sediaan rendah berarti perusahaan bekerja secara tidak
efesien atau tidak produktif dan banyak barang sediaan yang menumpuk. Hal ini
akan mengakibatkan investasi dalam tingkat pengembalian yang rendah.
Rumusan untuk mencari inventory turn over dapat
digunakan dengan dua cara sebagai berikut:
1.
Harga pokok barang
yang dijual
inventory turn
over =
sediaan
|
2.
Penjualan
inventory turn
over =
sediaan
|
Contoh:
Komponen Laporan Keuangan
|
2005
|
2006
|
Penjualan (sales)
Sediaan (inventory)
|
5.950
250
|
5.550
310
|
Untuk tahun 2005:
Rp.
5.950
Inventory turn over = = 23,8 kali atau
24 kali
Rp. 250
|
Rasio ini
menunjukkan 24 kali sediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun. Apabila
rata-rata industri untuk inventory turn over adalag 20 kali, berarti inventory
turn over lebih baik. perusahaan tidak menahan sediaan dalam jumlah yang
berlebihan.
Kemudian,
untuk mengetahui berapa hari rata-rata sediaan tersimpan dalam gedung, dapat
dicari dengan cara membagikan jumlah hari dalam satu tahun dibagi perputaran
sediaan yaitu:
360
= 15 hari
24
|
Perputaran
sediaan dalam hari dari rata-rata industri dapat dicari 365/20 adalah 18,2 atau
sama dengan 19 hari, ini berarti terdapat kecepatan perubahan sediaan menjadi
piutang 1 hari.
Untuk tahun 2006
Rp.
5.550
Inventory turn over = = 17,9 kali atau 18 kali
Rp. 310
|
Rasio ini
menunjukkan 18 kali sediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun. Apabila
rata-rata industri untuk inventory turn over adalah 20 kali, berarti inventory
turn over kurang baik. perusahaan menahan sediaan dalam jumlah yang
berkelebihan.
Kemudian,
untuk mengetahui berapa hari rata-rata sediaan tersimpan dalam gedung, dapat
dicari dengan cara membagikan jumlah hari dalam satu tahun dibagi perputaran
sediaan, yaitu:
360
= 20
hari
24
|
Perputaran
sediaan dalam hari dari rata-rata industri dapat dicari 365/20 adalah 18,2 hari
atau sama dengan 19 hari. Ini berarti terdapat keterlambatan satu hari
perubahan sediaan menjadi piutang.
3. Working Capital Turn Over (Rasio Perputaran Modal Kerja)
Perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan modal kerja bersih. Di mana modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar.
Perputaran modal kerja merupakan rasio mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.Working capital turn over merupakan kemampuan modal kerja (neto) berputar dalam suatu periode siklus kas (cash cycle) dari perusahaan.
Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja (working capital turn over period) dimulai dari saat di mana kas di investasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai dimana saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputaran atau makin tinggi perputarannya (turn over rate-nya). Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut.
Perputaran modal kerja dihitung dengan rumus:
Penjualan
bersih
Perputaran modal kerja =
Modal kerja
rata-rata
|
atau
Penjualan bersih
Perputaran modal kerja =
Modal kerja
|
contoh:
Komponen laporan keuangan
|
2005
|
2006
|
Penjualan bersih
Total aktiva lancar (current assets)
Modal kerja rata-rata
|
5.950
1.640
1.500
|
5.550
1.340
1.300
|
Untuk tahun 2005:
5.950
Perputaran modal kerja = = 3,62 kali dibulatkan (3,7 kali)
1.640
|
Perputaran
modal kerja tahun 2005 sebanyak 3,7 kali. Artinya setiap Rp. 1,00 modal kerja
dapat menghasilkan Rp. 3,7 penjualan.
Untuk tahun 2006:
5.550
Perputaran modal kerja = = 4,14 kali dibulatkan
(4,2 kali)
1.340
|
Perputaran
modal kerja tahun 2006 sebanyak 4,2 kali artinya setiap Rp. 1,00 modal kerja
dapat menghasilkan Rp. 4,2 dipenjualan.
Terlihat
ada kenaikan rasio perputaran modal kerja dari tahun 2005 ke tahun 2006. Hal
ini menunjukkan ada kemajuan yang diperoleh manajemen. Namun, jika rata-rata
industri untuk perputaran modal kerja adalah 6 kali, keadaan perusahaan, untuk
tahun 2005 dan tahu 2006, dinilai kurang baik karena masih di bawah dari
rata-rata industri.
Artinya,
dari rata-rata industri setiap Rp. 1,00 modal kerja dapat menghasilkan Rp. 6,00
penjualan, sementara rasio yang dimiliki perusahaan hanya Rp. 3,7, tahun 2005
dan hanya Rp. 4,2 untuk tahun 2006. Dalam hal ini manajemen harus bekerja lebih
keras lagi untuk meningkatkan rasio perputaran modal kerja hingga minimal
mencapai atau sama dengan rasio rata-rata industri.
fixed assets
turn over merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar
dalam satu periode. Atau dengan kata lain, untuk mengukur apakah perusahaan
sudah menggunkan kepastian aktiva tetap sepenuhnya atau belum. Untuk mencari
penjualan bersih dengan aktiva tetap dalam satu periode.
Penjualan
(sales)
Fixed asset turn over =
Total aktiva tetap (total fixed asset
|
Contoh:
Komponen Laporan Keuangan
|
2005
|
2006
|
Penjualan (sales)
Total aktiva tetap (total fixed assets)
|
5.950
2.400
|
5.550
2.550
|
5.950
Fixed asset turn over = = 2,479 kali (2,5 kali)
2.400
|
Perputaran aktiva tetap tahun 2005 sebanak 2,5 kali.
Artinya, setiap Rp. 1,00 aktiva tetap dapat menghasilkan Rp. 2,5 penjualan.
5.550
Fixed asset turn over = = 2,176 kali (2,2 kali)
2.550
|
Perputaran
aktiva tetap tahun 2006 sebanyak 2,2 kali. Artinya, setiap Rp. 1,00
aktiva tetap dapat menghasilkan Rp. 2,2 penjualan.
Kondisi
perusahaan sangat tidak menggembirakan karena terjadi penurunan rasio dari
tahun 2005 ke tahun 2006. Lebih-lebih lagi jika dibandingkan dengan rata-rata
industri untuk total asset turn over, yaitu 5 kali, berarti perusahaan
belum mampu memaksimalkan kapasitas aktiva tetap yang dimiliki jika
dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.
Total assets turn over merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur
berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
Total assets turn over juga merupakan perbandingan
antara penjualan dengan total aktiva suatu perusahaan dimana rasio ini
menggambarkan kecepatan perputarannya total aktiva dalam satu periode tertentu.
Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu (Syamsuddin, 2009:19).
Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu (Syamsuddin, 2009:19).
Total assets turn over merupakan rasio yang
menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Jadi semakin
besar rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat
berputar dan meraih laba dan menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan
aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dengan kata lain jumlah asset yang sama
dapat memperbesar volume penjualan apabila assets turn overnya ditingkatkan
atau diperbesar.
Total assets turn over ini penting bagi para kreditur
dan pemilik perusahaan, tapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan,
karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva
dalam perusahaan.
Total assets turn over dihitung sebagai berikut:
Total
assets turn over
dihitung sebagai berikut:
Penjualan (sales)
Total
asset turn over =
Total aktiva (total
asset)
|
Contoh:
Komponen
Laporan Keuangan
|
2005
|
2006
|
Penjualan
(sales)
Total
aktiva (total assets)
|
5.950
4.200
|
5.550
4.000
|
5.950
Total asset turn over = = 1,416 kali dibulatkan
1,42 kali
4.200
|
Perputaran
total aktiva tahun 2005 sebanyak 1,42 kali. Artinya setiap Rp. 1,00 aktiva
tetap dapat menghasilkan Rp. 1,42 penjualan.
Untuk
tahun 2006:
5.550
Total asset turn over = = 1,387 kali
dibulatkan 1,4 kali
4.000
|
Perputaran
total aktiva tahun 2006 sebanyak 1,4 kali. Artinya setiap Rp. 1,00 aktiva tetap
dapat menghasilkan Rp. 1,4 penjualan.
Kondisi
perusahaan sangat tidak menggembirakan karena terjadi penurunan rasio dari
tahun 2005 ke tahun 2006. Kemudian, jika dibandingkan dengan rata-rata industri
untuk total asset turn over, yaitu 2 kali, berarti perusahaan belum
mampu memaksimalkan aktiva yang dimiliki. Perusahaan diharapkan meningkatkan
lagi penjualannya atau mengurangi sebagian aktiva yang kurang produktif.
Sumber : rikalamwati.blogspot.co.id
http://belajar-cara-membuat-website.blogspot.co.id
http://ide-peluang-bisnis.blogspot.co.id/p/jasa-kpi.html
http://ide-peluang-bisnis.blogspot.co.id/p/jasa-pembukuan.html
http://ide-peluang-bisnis.blogspot.co.id/p/jasa-kpi.html
http://ide-peluang-bisnis.blogspot.co.id/p/jasa-pembukuan.html
0 comments:
Post a Comment