Monday, December 8, 2014

Mengail cuan dari bisnis iklan digital

Seiring perkembangan teknologi informasi dan peningkatan pengguna internet yang pesat, tren beriklan pun kini mulai bergeser dan mengarah kepada media-media digital. Tren seperti ini sudah sangat berkembang di negara-negara maju. Sementara di Asia Tenggara termasuk Indonesia, geliat beriklan di media digital sedang di mulai dan geliatnya telah terasa dalam beberapa tahun terakhir.

Ini terlihat dari makin banyaknya bermunculan perusahaan-perusahaan periklanan yang berfokus pada media digital dalam kegiatan kampanye produk para kliennya. Bisnis di sektor ini memang memiliki prospek yang bagus lantaran potensinya yang masih besar di Indonesia. Itulah yang menjadi latar belakang berdirinya Adskom besutan Italo Gani dan Daniel Armanto. Perusahaan periklanan digital dan teknologi ini berdiri sejak April 2013.

Berdasarkan data dari We Are Social, agensi media sosial yang merangkum data dari beberapa sumber seperti US Census Bureau dan InternetWorldStats, pada awal tahun ini penetrasi internet di Indonesia sebesar 15% dari total populasi. Pengguna akun Facebook yang aktif mencapai 62 juta orang.
Italo bilang, industri pemasaran di Indonesia memang akan bergerak menuju periklanan digital. Puncaknya saat penetrasi internet di Indonesia sudah mencapai 50% dari total penduduk Indonesia. Diprediksi jumlah itu bisa terwujud dalam waktu sekitar satu hingga dua tahun ke depan.


Oleh sebab itu, ceruk pasar di sektor media digital ini cukup menggiurkan. Dalam mendirikan usaha ini, Adskom memiliki misi untuk memberdayakan industri periklanan digital dengan platform periklanan yang terprogram serta layanan bisnis yang berwawasan. Caranya dengan mengusung teknologi serta tim bisnis yang tergabung di Indonesia, Singapura dan Amerika Serikat (AS).
Adskom membutuhkan waktu sekitar sembilan bulan untuk menyiapkan dan membangun seluruh komponen dan sistem. Tim mengembangkan dua platform utama, yakni data management platform dan supply side platform. Platform pertama adalah proses eksplorasi data audience dari internet sehingga dapat menghasilkan profile audience untuk melakukan kampanye yang sesuai.

Kekurangan SDM
Pada platform kedua adalah melakukan agregasi alias penyatuan iklan digital baik video atau banner pada situs-situs top dan premium di Indonesia seperti situs berita ternama dan situs-situs dengan potensi klik yang tinggi.
Kedua pendiri Adskom ini memang sudah berpengalaman dalam dunia periklanan digital selama 10 tahun. Ketika bekerja pada perusahaan sebelumnya, Italo mengatakan cukup banyak bersinggungan dengan platform digital advertising yang berasal dari AS. "Namun sering tidak dapat mengakomodir kebutuhan kampanye perusahaan lokal," kata dia.

Sehingga, dia melihat dengan mendirikan Adskom diharapkan bisa menjawab kebutuhan perusahaan-perusahaan lokal dalam menjalankan kampanye produk dan jasanya hingga mencapai target bisnis yang ditentukan. Kendala terbesar ketika mendirikan perusahaan ini adalah ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. "Sulit untuk mendapatkan programmer berkualitas," kata dia.
Selain itu, perijinan usaha dari pemerintah juga cukup sulit. Italo mengeluhkan bahwa perusahaannya tidak mendapatkan dukungan maksimal dari pemerintah, misalnya keringanan pajak, meski konsep perusahaannya terbilang unik dan potensial. Akhirnya, Italo memutuskan untuk membuat business entity di Singapura. Ternyata di sana Italo mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah Singapura untuk merealisasikan perusahaan ini, meski dia enggan memaparkan berapa besar modal yang digelontorkan untuk menjalani usaha ini.

Tumbuh 30%
Awal menjalankan perusahaan ini, Italo hanya mempunyai sekitar 10 orang karyawan. Kini jumlah karyawannya mulai bertambah menjadi 45 orang seiring usaha kian berkembang.
Sudah cukup banyak perusahaan lokal yang menggunakan jasanya. Italo mengaku, para klien lokal memilih jasanya lantaran mereka tidak jarang merasa kecewa dengan platform luar negeri yang kurang maksimal. Target utama konsumen Adskom merupakan para pemilik merek besar dan perusahaan e-commerce. Sayangnya, Italo juga masih enggan mengatakan nama perusahaan yang sudah menjalin kerjasama.
Dia hanya bilang, pendapatan mereka tumbuh sekitar 30% per bulan. Namun untuk mendapatkan kepercayaan pasar itu tidak mudah. Adskom banyak melakukan konferensi publik tentang produknya dan aktif melakukan diskusi dengan pemilik merek ternama.

Kematangan konsep usaha Adskom ternyata mampu menarik perhatian investor. Saat ini Adskom telah mendapatkan suntikan modal sebanyak dua kali. Pertama dari Rebright Partners pada awal tahun 2013. Suntikan dana kedua pada pertengahan tahun 2014 dari empat venture capital, Digital Garage, Beenos Plaza, East Venture, dan Skystar Capital dengan nilai total Sin$ 1 juta.
Seluruh modal tersebut digunakan untuk menciptakan platform dan manajemen produk yang cocok dengan karakter pasar Asia Tenggara. Adskom memang memasang target untuk bisa masuk ke pasar Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand dan Singapura.

Saat ini Adskom mempunyai beberapa kantor yang terletak di Singapura dan USA yang fokus untuk pengembangan teknologi dan data scientist serta kantor di Jakarta untuk tim pengembangan bisnis.    
Erwin Halim, konsultan bisnis dari Proverb Consulting, mengatakan, penggunaan media digital untuk promosi produk akan semakin gencar digunakan dalam lima tahun ke depan. Alasannya, pada kurun waktu itu, anak-anak muda sudah mulai dewasa dan orang  orang tua sudah mulai terbiasa dengan teknologi.
Meski meragukan dalam dua tahun ke depan penetrasi pengguna internet Indonesia bisa mencapai 50%, namun Erwin mengakui, bisnis ini tetap masih akan berkembang dalam jangka lebih panjang. Saat ini masyarakat berusia 40 tahun ke atas masih terbiasa dengan media offline seperti televisi, majalah dan lainnya. “Kalau anak muda memang saat ini sudah punya akses yang besar di internet, tapi orang tua mereka belum,” ujarnya pada KONTAN.

Saat ini menurut dia, kondisi di Indonesia masih tercampur antara teknologi media digital dan media offline. Meski begitu, pasar yang masih bertumbuh ini sudah bisa menjadi sumber pendapatan perusahaan startup seperti Adskom. Ini terlihat dari pendapatan mereka yang meningkat tiap bulannya. Karena, perusahaan pemegang merek besar mempunyai karakter lebih percaya dengan hasil penelitian dan memiliki pemikiran lebih terbuka dengan teknologi.

Adskom memang perusahaan yang jarang ada di Asia, bahkan cukup baru untuk di Indonesia. Untuk bisa memperluas pasar ada baiknya mereka banyak melakukan seminar terbuka tentang hasil penelitiannya. Ini bertujuan untuk mengedukasi pasar sehingga banyak pemilik produk tahu tentang keberadaan meraka.
Pendiri Adskom, Italo Gani mengatakan, memang, selain terkendala mendapatkan SDM yang berkualitas, mengedukasi pasar tentang teknologi audience targeting tidak mudah. Karena periklanan digital belum terlalu banyak dilirik perusahaan di Indonesia. Mereka masih lebih suka menggunakan kampanye lewat media-media yang telah berkembang selama ini seperti televisi dan billboard.

Erwin mengingatkan, proses edukasi tersebut harus dilakukan secara bertahap dan dalam jangka waktu yang lama, karena mengedukasi konsumen dengan budaya baru itu cukup sulit. Ada baiknya kedepan mereka membuat second brand untuk menyasar kalangan pemilik merek di kelas menengah.

Erwin merasa Adskom masih akan sulit mendapatkan dukungan dari sisi keringanan dalam menjalankan bisnis dari pemerintah Indonesia karena pemerintah tidak bisa mengambil pilihan karena semua pihak baik usaha online maupun offline harus membayar pajak. “Memang pemerintah seharusnya membuat inovasi untuk membuat pajak bagi pengusaha agar lebih rendah kalau memang mereka mendorong terwujudnya entrepreneurship,” kata Erwin.      

Sumber : kontan.co.id
http://cittaparts.wordpress.com

0 comments:

Post a Comment