Seiring perkembangan teknologi informasi dan peningkatan pengguna
internet yang pesat, tren beriklan pun kini mulai bergeser dan mengarah
kepada media-media digital. Tren seperti ini sudah sangat berkembang di
negara-negara maju. Sementara di Asia Tenggara termasuk Indonesia,
geliat beriklan di media digital sedang di mulai dan geliatnya telah
terasa dalam beberapa tahun terakhir.
Ini terlihat dari makin banyaknya bermunculan perusahaan-perusahaan
periklanan yang berfokus pada media digital dalam kegiatan kampanye
produk para kliennya. Bisnis di sektor ini memang memiliki prospek yang
bagus lantaran potensinya yang masih besar di Indonesia. Itulah yang
menjadi latar belakang berdirinya Adskom besutan Italo Gani dan Daniel
Armanto. Perusahaan periklanan digital dan teknologi ini berdiri sejak
April 2013.
Berdasarkan data dari We Are Social, agensi media sosial yang
merangkum data dari beberapa sumber seperti US Census Bureau dan
InternetWorldStats, pada awal tahun ini penetrasi internet di Indonesia
sebesar 15% dari total populasi. Pengguna akun Facebook yang aktif
mencapai 62 juta orang.
Italo bilang, industri pemasaran di Indonesia memang akan bergerak
menuju periklanan digital. Puncaknya saat penetrasi internet di
Indonesia sudah mencapai 50% dari total penduduk Indonesia. Diprediksi
jumlah itu bisa terwujud dalam waktu sekitar satu hingga dua tahun ke
depan.
Oleh sebab itu, ceruk pasar di sektor media digital ini cukup
menggiurkan. Dalam mendirikan usaha ini, Adskom memiliki misi untuk
memberdayakan industri periklanan digital dengan platform periklanan
yang terprogram serta layanan bisnis yang berwawasan. Caranya dengan
mengusung teknologi serta tim bisnis yang tergabung di Indonesia,
Singapura dan Amerika Serikat (AS).
Adskom membutuhkan waktu sekitar sembilan bulan untuk menyiapkan dan
membangun seluruh komponen dan sistem. Tim mengembangkan dua platform
utama, yakni data management platform dan supply side platform. Platform
pertama adalah proses eksplorasi data audience dari internet sehingga
dapat menghasilkan profile audience untuk melakukan kampanye yang
sesuai.
Kekurangan SDM
Pada platform kedua adalah melakukan agregasi alias penyatuan iklan
digital baik video atau banner pada situs-situs top dan premium di
Indonesia seperti situs berita ternama dan situs-situs dengan potensi
klik yang tinggi.
Kedua pendiri Adskom ini memang sudah berpengalaman dalam dunia
periklanan digital selama 10 tahun. Ketika bekerja pada perusahaan
sebelumnya, Italo mengatakan cukup banyak bersinggungan dengan platform
digital advertising yang berasal dari AS. "Namun sering tidak dapat
mengakomodir kebutuhan kampanye perusahaan lokal," kata dia.
Sehingga, dia melihat dengan mendirikan Adskom diharapkan bisa
menjawab kebutuhan perusahaan-perusahaan lokal dalam menjalankan
kampanye produk dan jasanya hingga mencapai target bisnis yang
ditentukan. Kendala terbesar ketika mendirikan perusahaan ini adalah
ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. "Sulit untuk
mendapatkan programmer berkualitas," kata dia.
Selain itu, perijinan usaha dari pemerintah juga cukup sulit. Italo
mengeluhkan bahwa perusahaannya tidak mendapatkan dukungan maksimal dari
pemerintah, misalnya keringanan pajak, meski konsep perusahaannya
terbilang unik dan potensial. Akhirnya, Italo memutuskan untuk membuat
business entity di Singapura. Ternyata di sana Italo mendapatkan
dukungan penuh dari pemerintah Singapura untuk merealisasikan perusahaan
ini, meski dia enggan memaparkan berapa besar modal yang digelontorkan
untuk menjalani usaha ini.
Tumbuh 30%
Awal menjalankan perusahaan ini, Italo hanya mempunyai sekitar 10
orang karyawan. Kini jumlah karyawannya mulai bertambah menjadi 45 orang
seiring usaha kian berkembang.
Sudah cukup banyak perusahaan lokal yang menggunakan jasanya. Italo
mengaku, para klien lokal memilih jasanya lantaran mereka tidak jarang
merasa kecewa dengan platform luar negeri yang kurang maksimal. Target
utama konsumen Adskom merupakan para pemilik merek besar dan perusahaan
e-commerce. Sayangnya, Italo juga masih enggan mengatakan nama
perusahaan yang sudah menjalin kerjasama.
Dia hanya bilang, pendapatan mereka tumbuh sekitar 30% per bulan.
Namun untuk mendapatkan kepercayaan pasar itu tidak mudah. Adskom banyak
melakukan konferensi publik tentang produknya dan aktif melakukan
diskusi dengan pemilik merek ternama.
Kematangan konsep usaha Adskom ternyata mampu menarik perhatian
investor. Saat ini Adskom telah mendapatkan suntikan modal sebanyak dua
kali. Pertama dari Rebright Partners pada awal tahun 2013. Suntikan dana
kedua pada pertengahan tahun 2014 dari empat venture capital, Digital
Garage, Beenos Plaza, East Venture, dan Skystar Capital dengan nilai
total Sin$ 1 juta.
Seluruh modal tersebut digunakan untuk menciptakan platform dan
manajemen produk yang cocok dengan karakter pasar Asia Tenggara. Adskom
memang memasang target untuk bisa masuk ke pasar Asia Tenggara seperti
Malaysia, Thailand dan Singapura.
Saat ini Adskom mempunyai beberapa kantor yang terletak di Singapura
dan USA yang fokus untuk pengembangan teknologi dan data scientist serta
kantor di Jakarta untuk tim pengembangan bisnis.
Erwin Halim, konsultan bisnis dari Proverb Consulting, mengatakan,
penggunaan media digital untuk promosi produk akan semakin gencar
digunakan dalam lima tahun ke depan. Alasannya, pada kurun waktu itu,
anak-anak muda sudah mulai dewasa dan orang orang tua sudah mulai
terbiasa dengan teknologi.
Meski meragukan dalam dua tahun ke depan penetrasi pengguna internet
Indonesia bisa mencapai 50%, namun Erwin mengakui, bisnis ini tetap
masih akan berkembang dalam jangka lebih panjang. Saat ini masyarakat
berusia 40 tahun ke atas masih terbiasa dengan media offline seperti
televisi, majalah dan lainnya. “Kalau anak muda memang saat ini sudah
punya akses yang besar di internet, tapi orang tua mereka belum,”
ujarnya pada KONTAN.
Saat ini menurut dia, kondisi di Indonesia masih tercampur antara
teknologi media digital dan media offline. Meski begitu, pasar yang
masih bertumbuh ini sudah bisa menjadi sumber pendapatan perusahaan
startup seperti Adskom. Ini terlihat dari pendapatan mereka yang
meningkat tiap bulannya. Karena, perusahaan pemegang merek besar
mempunyai karakter lebih percaya dengan hasil penelitian dan memiliki
pemikiran lebih terbuka dengan teknologi.
Adskom memang perusahaan yang jarang ada di Asia, bahkan cukup baru
untuk di Indonesia. Untuk bisa memperluas pasar ada baiknya mereka
banyak melakukan seminar terbuka tentang hasil penelitiannya. Ini
bertujuan untuk mengedukasi pasar sehingga banyak pemilik produk tahu
tentang keberadaan meraka.
Pendiri Adskom, Italo Gani mengatakan, memang, selain terkendala
mendapatkan SDM yang berkualitas, mengedukasi pasar tentang teknologi
audience targeting tidak mudah. Karena periklanan digital belum terlalu
banyak dilirik perusahaan di Indonesia. Mereka masih lebih suka
menggunakan kampanye lewat media-media yang telah berkembang selama ini
seperti televisi dan billboard.
Erwin mengingatkan, proses edukasi tersebut harus dilakukan secara
bertahap dan dalam jangka waktu yang lama, karena mengedukasi konsumen
dengan budaya baru itu cukup sulit. Ada baiknya kedepan mereka membuat
second brand untuk menyasar kalangan pemilik merek di kelas menengah.
Erwin merasa Adskom masih akan sulit mendapatkan dukungan dari sisi
keringanan dalam menjalankan bisnis dari pemerintah Indonesia karena
pemerintah tidak bisa mengambil pilihan karena semua pihak baik usaha
online maupun offline harus membayar pajak. “Memang pemerintah
seharusnya membuat inovasi untuk membuat pajak bagi pengusaha agar lebih
rendah kalau memang mereka mendorong terwujudnya entrepreneurship,”
kata Erwin.
Sumber : kontan.co.id
http://cittaparts.wordpress.com
Monday, December 8, 2014
Mengail cuan dari bisnis iklan digital
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment